Isi Perjanjian Salemo Suku Mandar


Perjanjian ini terjadi pada sekitar abad XVIII masehi di Salemo (sekarang daerah Segeri kabupaten Pangkep) anatara raja Bone yaitu Tomalempeq-e Gemmeqna dengan Tomatindo Dilangganna raja Balanipa.

Latar belakang diadakannya perjanjian berawal dari larinya Addatuang Pulingka yang dikejar oleh Bone sebagai seorang buronan. Addatuang Pulingka lari ke Mandar (Balanipa) dan berhasil diamankan oleh Tomatindo Dilangganna raja Balanipa.

Untuk penyerahan Addatuang Pulingka inilah, Mandar (Balanipa) dalam hal ini Tomatindo Dilangganna sepakat mengadakan pertemuan dengan pihak Bone dalam hal ini Tomalampeq-e Rigemmeqna yang diadakan di Salemo.

Selain penyerahan buronan tersebut, isi perjanjian lebih banyak pada hubungan kerjasama antar kedua kerajaan serta ikrar persaudaraan sehidup semati tanpa saling mencampuri urusan pemerintahan dalam kerajaan masing-masing.

Sejak dari perjanjian ini juga, Mandar yang tidak mau diganggu dan tidak mau berhubungan langsung dengan Belanda semakin mempercayakan Bone untuk menjadi penengah atau penghubung bila Belanda memerlukan Mandar seperti yang disepakati dalam perjanjian sebelumnya yaitu perjanjian lanrisang.

Itulah sebabnya, sejak dari abad XVII masehi sampai abad XX masehi, Mandar tidak diperintah langsung oleh Belanda tapi melalui perantaraan Bone dan tidak pernah mengadakan perjanjian dengan Belanda selain dengan kerajaan-kerajaan lain. Nanti pada abad XX masehi, barulah Belanda berhasil menginjakkan kaki di Mandar, tepatnya di Majene ibu kota afdeling Mandar, tepatnya tahun 1904 masehi.

Perjanjian Salemo


Dalam lontar Balanipa Mandar, prosesi Perjanjian salemo ditulis sebagai berikut.

Fashlun. Pannassaengngi ulu adae ri Salemo. Iya purana rilero Aqdatuangnge Ripulingka nalari ri Menreq naritiwiq ri Salemo. Nakko maniro ri Salemo riuno.

Nasitudangenna to Bone Menreq-e. Makkedani Arung Pone Malampeq-e Gemmeqna ;Tennamenengnge kuakku ri Jawa, nangka tau pappadamaq manuq-manuqnapatangka ri langiq-e, kuapaq ri tengngana Bone kumapateppaq-iaq nau pappadangngi pappadecemmu Maraqdia. Makkada tompi Arung Pone ; Tenna menengngi kuakku ri Jawa nangka nangka tau pesellukkaq ripere tiwiq-e, kua-kuapaq ritengngana Bone kunappa ompoq, iya kupappadangngi pappedecenna maraqdia. Iya nangka adae ; Bone uraiq, Menreq alauq. Menreq uraiq, Bone alauq. Iyana nakkeda Arung Pone ; Nigi-nigi makkeda sisalai Bone Menreq, tassappaq-i taunoi, mauni nannippi mua namau toni rilaleng pettang, makkeda sisalai Bone Menreq sesseq-i tauanoq-i. Makkeda Arung Pone ; Dekko kuaq ri Bone, ri Cendana areqga, napoleio uqdani ri Bonemu, kego-kego monro muqdani, kuago ri Jumpandang, kuago ri Pare-pare, kuago ri Menreq muassuro, kulao sitakko. Makkeda toi Arung Pone ; Rekko rukka riwanuakku mua, tenna leleio billaq-billaq, passangadinna eloq rialemu, tekku angkaq-o sia.

Kuaniro assi turusenna Arung Pone Malampeq-e Gemmeqna, maraqdia ri Balanipa Matinroe Ri Langganna, iyamuto riaseng Toummondong, kua ri Salemo. Aga dekko to Bone nalao ri Menreqni. Menreq-e nakko ri Bone, to Boneni. Apaq masseajing serrajai Bone tanae ri Menreq. Kuaniro ada-adanna ulu adae ri Salemo. Tammat.

Terjemahan :

Fasal. Yang menjelaskan kepala kata (perjanjian/pen) di Salemo. Tatkala Aqdatuang di Pulingka melarikan diri dan di buru ke Mandar, dibawalah dia ke Salemo, disanalah dia dibunuh.

Duduk bersamalah Bone dengan mandar. Maka berkata raja Bone, Malampeq-e Gemmeqna ; Andai kata saya di Jawa, kemudian ada orang menjadikan saya burung kemudian saya diterbangkan ke langit, nanti saya di Bone baru saya diturunkan, saya samakan kebaikanmu padaku maraqdia. Berkata lagi Arng pone ; Andaikata saya di Jawa kemudian ada orang yang bisa memasukkan saya ke dalam bumi, nanti saya persis di tengahnya Bone baru saya muncul ke atas, demikian itulah tamsil kebaikanmu padaku maraqdia. Itulah sehingga kukatakan ; Bone di bawah Mandar di atas, Mandar di bawah Bone di atas. Itulah sehingga Arung Pone berkata ; Barangsiapa berkata Bone berselisih (bertikai) dengan Mandar, carilah orang itu kemudian bunuhlah, walau hanya dia mimpi serta walau orang itu masih dalam kandungan, belahlah perutnya lalu buang jabang bayi itu. Berkata Arung Pone ; Kalau saya di Bone, apakah di Cenrana, kemudian engkau rindu ke ke Bonemu, dimana saja engkau rindu, apakah engkau di Ujung Pandang, atau di Parepare, atau engkau berada di mandar, lalu engkau menyurat jemput, saya akan datang menemuimu. Berkata juga Arung Pone ; Kalau hanya keributan dalam daerahku saja, engkau tidak akan kebagian keributan itu, kecuali engkau sendiri yang mau datang menjengukku, saya tidak keberatan.

Begitulah kesepakatan Arung Pone Malampeq-e Gemmeqna, dengan Maraqdia balanipa Tomatindo Dilangganna, itu juga yang digelar Toummondong di Salemo. Kalau Bone ke Mandar, berarti dia adalah mandar. Kalau orang Mandar ke Bone berarti dia adalah orang Bone. Karena antara Bone dengan Mandar, bersaudara sederajat, sama besar Bone dengan tanah mandar. Begitulah kata-katanya kepala kata di Salemo. Tamat.

****

Daftar Kepustakaan


Abdul Muttalib ; Kamus Bahasa Mandar – Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI, Jakarta 1977.

Ibrahim, MS ; Himpunan Catatan Sejarah Pitu Ulunna Salu – Hasil Seminar Sejarah Mandar X, Tinambung Polmas 1977.

H. Saharuddin ; Mengenal Pitu Baqbana Binanga Mandar Dalam Lintas Sejarah Pemerintahan Daerah di Sulawesi Selatan – CV Mallomo Karya Ujung Pandang 1985.

Ahmad Sahur ; Nilai-Nilai Budaya dalam Sastra Mandar – Fakultas Sastra Unhas Ujung Pandang 1975.

Drs. Suradi Yasil dkk ; Kalindaqdaq dan Beberapa temanya – Balai Penelitian Bahasa, Ujung Pandang 1982

Drs. Suradi Yasil dkk ; Inventarisasi Transliterasi Penerjemahan Lontar Mandar – Proyek IDKD Sulsel 1985.

A.M.Mandra ; Caeyana Mandar – Yayasan Saq-Adawang Sendana 1987

A.M.Mandra ; Buraq Sendana (kumpulan Puisi Mandar) – Yayasan Saq-Adawang Sendana 1985.

A.M.Mandra ; Beberapa Kajian Tentang Budaya Mandar Plus jilid I,II dan III – Yayasan Saq-Adawang, 2000.

Abd.Razak, DP ; Sejarah Bone – Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Ujung Pandang 1989.

Sumber Data

  1. Sumber tertulis ;
  2. Lontar Balanipa Mandar
  3. Lontar Sendana Mandar
  4. Lontar Pattappingang Mandar
  5. Lembar Perjanjian kuno
  6. Naskah-naskah Seminar Budaya Mandar

Sumber Wawancara

  1. H. Abdul Malik Pattana Iyendeng – Sesepuh, Sejarawan dan Budayawan Mandar
  2. Abd. Azis Puaqna Itima – Sejarawan, Budayawan Mandar
  3. Puaq Tanniagi – Sejarawan Budayawan Mandar
  4. Paloloang Puanna Isinung – Budayawan Mandar
  5. Puaq Rama Kanne Cabang – Budayawan Mandar
  6. Daeng Matona – Hadat Pamoseang
  7. Jabirung – Soqbeqna Indona Ralleanaq

Editor

  1. Adi Ahsan, S.S.M.Si.
  2. Opy. MR.
Lebih baru Lebih lama