Pertama kali dipentaskan oleh Putri Maharani Syam |
Aku adalah I Pura Para’bue, putri dari Kerajaan Sendana. Kecantikanku sering dipuja bak anugerah dari dewa-dewa, namun aku tahu, di balik pujian itu tersimpan bayang-bayang takdir yang menakutkan. Wajah ini, yang sering dianggap mahkota, tak lebih dari belenggu yang mengikat nasibku.
Ketika aku menikah dengan Raja Kerajaan Pamboang, aku berharap menemukan kebahagiaan dan kedamaian. Namun harapan itu hancur ketika nama Daeng Riosok mulai bergema di seluruh negeri. Ia adalah panglima gagah dari Kerajaan Balanipa, seorang penakluk yang berhasil mengalahkan pasukan Raja Kerajaan Bone, Arung Palakka. Namun, di hadapanku, ia bukanlah panglima yang ditakuti, melainkan seorang pria yang takluk pada pesona yang tak pernah kuminta.
Setelah kemenangan besarnya, Daeng Riosok diangkat menjadi Raja Kerajaan Balanipa—sebuah penghormatan yang tak semua orang bisa raih. Namun, bisikan ambisi mulai menghantuinya. “Tabe Puang, seorang raja belum lengkap tanpa seorang permaisuri,” kata mereka. Dari sekian banyak nama, yang dianggap paling layak adalah aku—aku yang sudah menjadi istri Raja Pamboang.
***
Terprovokasi oleh hasutan itu, Daeng Riosok mengambil keputusan yang mengguncang negeri. Ia menyerbu Kerajaan Pamboang dengan pasukan yang begitu besar. Tanah bergetar oleh derap kaki kuda, tembok-tembok pertahanan luluh lantak, dan aku, tanpa perlindungan diambil darinya. Ia membawaku ke Balanipa, menjadikanku permaisurinya di istana yang megah.
Namun, perbuatannya memicu gelombang kemarahan. Pitu Ba’bana Binanga, mulai bergolak. Kerajaan Pamboang menuntut kehormatan yang dirampas, Kerajaan Sendana meratap atas putri yang diculik, dan bahkan Kerajaan Balanipa sendiri terpecah belah. Namun Daeng Riosok, yang kini menjadi raja, tetap bergeming. Siapa yang berani melawannya? Baginya, aku adalah puncak dari semua kemenangannya.
Namun kebahagiaan Daeng Riosok tak berlangsung lama. Takdir, yang diam-diam menunggu, akhirnya mengujinya. Serangan besar datang menggempur istana Kerajaan Balanipa. Daeng Riosok melawan dengan keberanian yang selama ini membuatnya dihormati. Tetapi bahkan panglima terhebat pun tak mampu menahan kehendak langit. Ia gugur dengan tragis, kepalanya terpisah dari tubuhnya—sebuah akhir memilukan bagi seorang raja yang terlalu berani menantang adat dan kehormatan.
***
Aku dikembalikan ke Kerajaan Pamboang, tetapi tidak sebagai diriku yang dulu. Jiwa ini telah berubah. Aku adalah I Pura Para’bue, putri yang menjadi rebutan.
Apakah semua ini sia-sia? Apakah ini harga yang harus dibayar untuk sebuah kehormatan dan kecantikan yang kumiliki? Aku hanya berharap, sejarah akan mengingatku bukan sebagai kecantikan yang membawa perang, melainkan sebagai pelajaran bagi mereka yang melupakan nilai sejati di balik rupa manusia.
Apakah semua ini sia-sia? Apakah ini harga yang harus dibayar untuk sebuah kehormatan dan kecantikan yang kumiliki? Aku hanya berharap, sejarah akan mengingatku bukan sebagai kecantikan yang membawa perang, melainkan sebagai pelajaran bagi mereka yang melupakan nilai sejati di balik rupa manusia.