Isi Perjanjian Mandar dengan Lima Ajatappareng Suku Mandar


Sebenarnya, perjanjian ini lebih tepat kalau dikatakan perjanjian Pitu Baqbana Binanga dengan Lima Ajatappareng karena pada saat perjanjian dilaksanakan, tujuh kerajaan lain di Mandar yaitu kerajaan-kerajaan yang ada di persekutuan Pitu Ulunna salu tidak terlibat dan tidak terwakili oleh tujuh kerajaan di Pitu baqbana Binanga yang ikut perjanjian.

Perjanjian Mandar dengan Lima Ajatappareng


Dalam Lontar Balanipa Mandar tertulis :

Fashlun. Iyanae pada adaengngi assi jancianna Menreq-e Pitu Baqbana Binanga, Lima Ajatappareng. Menreq riaseq Sawitto riawa, Menreq riawa Sawitto riaseq. Tau tassi laengeng tana tassi laengeng. Tassi engkalingai adaq risaliweng, tassi sarangengngi tosala, tassi tatolariwi. Malilu sikaingaq, maqba sipatokkong, maliq siparappe.

Narekko engka macacaq tenruqna maraja panasana ri Menreq, tenna ulleni Menreq teppaq-i tenruqna, uppaseq-i panasana. Makko topa ri Sawitto, rekko engka maccacaq tenruqna maraja panasana, tenna ulleni sawitto teppaq-i tenruqna, pasaq-i panasana, mappe dapiqni resiajinna re Menreq, sibawani teppaq-i tenruqna, pasaq-i panasana.

Iya topa rekko riwerengiq ri dewatae aliluammua ripogauq, sireqba tangngaq-e tessi reqba pasoreng, tessi akkala-akkalareng, tessi jollereng roppo-roppo, iya mua siwerengngiq ada malempuq temma jekko-jekko, tessi tatolari tessi watarrappei. Iya mua sipoteterang,tessi polo tanjengiq. Makkedai sawitto, narekko menreq monro ri Sawitto, to Sawittoni. Narekko to Sawitto monro ri Menreq, to Menreqni. Kuaniro assijancianna Limae Ajatappareng, Pitue Baqbana Binanga. Lima Ajatappareng diwakili Lamakkaruka Petta Lolo. Tamat.

Terjemahan :

Fasal. Inilah yang menjelaskan perjanjianMandar, Pitu Baqbana Binanga dengan Lima Ajatappareng. Mandar di atas Sawitto di bawah, Sawitto di atas Mandar di Bawah. Rakyat tak boleh berselisih, tanah/wilayah tak berbeda. Saling tidak mendengar hasutan dari luar, saling tidak berteman dengan yang salah. Khilaf saling mengingatkan, jatuh saling mengangkat, hanyut saling menepikan.

Bila ada yang runcing tanduknya besar nangkanya (pembangkang) di Mandar dan Mandar tidak mampu mengatasinya, maka Mandar mengundang Sawitto.Begitu juga bagi Sawitto, kalau ada yang runcing tanduknya, besar nangkanya dan Sawitto tidak mampu memotong tanduknya, mematok (Pasaq ; Satu cara untuk mempercepat masaknya buah nangka) nangkanya, maka sawitto mengundang Mandar dan bersama-samalah memotong tanduknya mematok nangkanya.

Jika dewata takdirkan kita melakukan kehilapan, kita harus saling bertukar pertimbangan, tidak saling beradu tombak, tidak saling akal mengakali, tidak saling membawa pada kesusahan, kita harus menyelesaikan dengan musyawarah, tidak saling ganti mengganti, tidak saling rampas merampas (kekuasaan). Kita harus saling bombing membimbing dan tidak saling keras mengerasi. Berkata Sawitto, Mandar percaya. Berkata Mandar, Sawitto percaya. Bila orang Mandar tinggal di sawitto berarti dia sudah jadi orang sawitto. Kalau orang Sawitto tinggal di Mandar, berarti dia sudah jadi orang Mandar. Begitulah perjanjian antara Lima Ajatappareng dengan Mandar Pitu Baqbana Binanga. Lima Ajatappareng diwakili oleh Lamakkaraka Petta Lolo. Tamat.

Ada beberapa pendapat tentang latar belakang terjadinya perjanjian ini yang kesemuanya masih merupakan predikisi masing-masing penggali sejarah sesuai dengan data yang mereka dapatkan. Namun perbedaan pendapat tersebut bukanlah hal yang penting untuk diperdebatkan, tapi sangat bermanfaat untuk dijadikan referensi dalam upaya menemukan kebenaran sejarah. Beberapa pendapat tersebut antara lain :
  1. Perjanjian ini berlatar belakang dari penyerangan Lima Ajatappareng ke wilayah Pitu Baqbana Binanga melalui daerah Pitu Ulunna salu. Pitu Baqbana Binanga mengadakan perlawanan dan berhasil memukul mundur Lima Ajatappareng hingga terdesak sampai ke Paku Pajalele (sekarang wilayah kabupaten Pinrang). Sebagai upaya menghentikan perang, keduanya akhirnya sepakat melakukan pertemuan dan membuat satu perjanjian di Paku Pajalele.
  2. Perjanjian ini berlatar belakang ketika seorang putra raja Balanipa kawin dengan salah seorang putri raja Batu Lappa di Sawitto. Pertalian kekeluargaan inilah yang akhirnya memunculkan ide untuk lebih mempererat hubungan, bukan saja antara keluarga kedua raja tapi kedua kerajaan secara umum.
  3. Perjanjian ini berlatar belakang dari aksi protes pihak kerajaan Gowa karena Mandar (Pitu Baqbana Binanga) mau bersaksi bahwa Lima Ajatappareng lebih dahulu besar/jaya di kawasan Sulawesi bagian selatan khusus di kawasan Bugis-Makassar dari pada kerajaan Gowa.
Perjanjian ini terjadi pada abad XVII masehi di daerah Sawitto (wilayah Ajatappareng) dengan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yaitu Mandar (Pitu Baqbana Binanga) dan Lima Ajatappareng Sawitto diwakili oleh Lamakkaraka Petta Lolo.

Isi perjanjian tidak lebih dari penyatuan pemahaman, persamaan hak, jalinan kerjasama dan persaudaraan, keamanan dan ekonomi serta kesepakatan untuk tidak saling menyerang atau memusuhi satu sama lain.

****

Daftar Kepustakaan


Abdul Muttalib ; Kamus Bahasa Mandar – Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI, Jakarta 1977.

Ibrahim, MS ; Himpunan Catatan Sejarah Pitu Ulunna Salu – Hasil Seminar Sejarah Mandar X, Tinambung Polmas 1977.

H. Saharuddin ; Mengenal Pitu Baqbana Binanga Mandar Dalam Lintas Sejarah Pemerintahan Daerah di Sulawesi Selatan – CV Mallomo Karya Ujung Pandang 1985.

Ahmad Sahur ; Nilai-Nilai Budaya dalam Sastra Mandar – Fakultas Sastra Unhas Ujung Pandang 1975.

Drs. Suradi Yasil dkk ; Kalindaqdaq dan Beberapa temanya – Balai Penelitian Bahasa, Ujung Pandang 1982

Drs. Suradi Yasil dkk ; Inventarisasi Transliterasi Penerjemahan Lontar Mandar – Proyek IDKD Sulsel 1985.

A.M.Mandra ; Caeyana Mandar – Yayasan Saq-Adawang Sendana 1987

A.M.Mandra ; Buraq Sendana (kumpulan Puisi Mandar) – Yayasan Saq-Adawang Sendana 1985.

A.M.Mandra ; Beberapa Kajian Tentang Budaya Mandar Plus jilid I,II dan III – Yayasan Saq-Adawang, 2000.

Abd.Razak, DP ; Sejarah Bone – Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Ujung Pandang 1989.

Sumber Data

  1. Sumber tertulis ;
  2. Lontar Balanipa Mandar
  3. Lontar Sendana Mandar
  4. Lontar Pattappingang Mandar
  5. Lembar Perjanjian kuno
  6. Naskah-naskah Seminar Budaya Mandar

Sumber Wawancara

  1. H. Abdul Malik Pattana Iyendeng – Sesepuh, Sejarawan dan Budayawan Mandar
  2. Abd. Azis Puaqna Itima – Sejarawan, Budayawan Mandar
  3. Puaq Tanniagi – Sejarawan Budayawan Mandar
  4. Paloloang Puanna Isinung – Budayawan Mandar
  5. Puaq Rama Kanne Cabang – Budayawan Mandar
  6. Daeng Matona – Hadat Pamoseang
  7. Jabirung – Soqbeqna Indona Ralleanaq

Editor

  1. Adi Ahsan, S.S.M.Si.
  2. Opy. MR.
Lebih baru Lebih lama