Isi Perjanjian Lakahang Suku Mandar


(Passullurang Bassi Di Lakahang)


Perjanjian Lakahang atau Passullurang Bassi di Lakahang terjadi pada sekitar abad XVII masehi sesudah terjadinya penumpasan kerajaan Pasokkorang dan diadakannya Perjanjian Malundaq atau Pura Loa di Malundaq. Perjanjian ini dilaksanakan dengan tujuan utamanya menyelesaikan kesalah pahaman yang terjadi antara Aralla dan Balanipa.

Pemicu terjadinya kesalah pahaman antara dua kerajaan yang berbeda wilayah persekutuan tersebut (Aralle di Pitu Ulunna salu, Balanipa di Pitu babana Binanga) adalah tindakan Aralle yang menampung orang-orang Passokkorang yang melarikan diri karena kalah perang. Sikap Aralle ini diangap oleh pihak Balanipa sebagai tindakan yang melanggar kesepakatan dalam perjanjian Malundaq dan perjanjian lainnya.

Sementara dari pihak Aralle mengambil tindakan tersebut hanyalah sebagai satu taktik dengan pertimbangan ; Dari pada pelarian perang dari kerajaan Passokkorang tersebut dibiarkan melarikan diri ke hutan-hutan dan suatu waktu bisa menyusun kekuatan lagi, lebih baik ditampung dengan segala persyaratan yang membatasi ruang gerak mereka.

Dalam upaya memperbaiki kesalah pahaman tersebut, semua kerajaan di wilayah persekutuan Pitu Baqbana Binanga dan Pitulunna salu sepakat mengadakan satu pertemuan di Lakahang. Pertemuan ini merupakan pertemuan atau perjanjian resmi kedua antara Pitu Ulunna Salu dengan Pitu baqbana Binanga.

Perjanjian Lakahang


Secara lengkap, kesepakatan yang dihasilkan dalam Perjanjian Lakahang atau Passullurang bassi di Lakahang adalah sebagai berikut :

Moaq mettamai jangang-jangang merriqbaqna litaq di Balanipa di Pitu Ulunna salu, anunna tomo tia. Iya kia napessangngi litaq di Balanipa. Malai napepembaliq, eloq dialawenapa Pitu ulunna Salu, tannisio tanniperau.

Terjemahan :

Bila merpati lepasnya Balanipa Balanipa masuk di wilayah Pitu Ulunna salu, maka sudah jadi miliknya tetapi harus diberitahukan pada Balanipa. Boleh dikembalikan dengan kemauan sendiri, tanpa disuruh tanpa diminta.

Merpati lepas yang dimaksud adalah orang-orang Passokkorang yang menjadi tawanan atau pelarian perang.

Tallung parapaqna Paliliq Massedang marannu di Pitu Ulunna Salu, separapaqna marannu di Pitu Baqbana Binanga.

Terjemahan :

Tiga perempat wilayah Paliliq Massedang (lembang Mapi) ingin bergabung di Pitu Ulunna salu dan seperempatnya ingin bergabung ke Pitu Baqbana Binanga.

Moaq diang tosisala bikkung sisala batta uwase tassi tundang matadzang tassi royong masandeq. Sipatuppu diadazaq sipalete dirapang, odzi adzaq adzibiasa di Pitu Ulunna di Pitu Baqbana Binanga.

Terjemahan :

Bila ada perbedaan pendapat tentang pengelolaan perkebunan atau pertanian, tidak akan diselesaikan dengan kekerasan, tapi secara hukum dan peraturan yang ada sesuai adat kebiasaan di Pitu Ulunna Salu di Pitu baqbana Binanga.

Sisaraqpai mata malotong annaq mata mapute annaq mala sisaraq Pitu Ulunna Salu Pitu Baqbana Binanga.

Terjemahan :

Nanti terpisah antara mata hitam dan mata putih baru bisa terpisah antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Baqbana Binanga.

 ****


Daftar Kepustakaan


Abdul Muttalib ; Kamus Bahasa Mandar – Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI, Jakarta 1977.

Ibrahim, MS ; Himpunan Catatan Sejarah Pitu Ulunna Salu – Hasil Seminar Sejarah Mandar X, Tinambung Polmas 1977.

H. Saharuddin ; Mengenal Pitu Baqbana Binanga Mandar Dalam Lintas Sejarah Pemerintahan Daerah di Sulawesi Selatan – CV Mallomo Karya Ujung Pandang 1985.

Ahmad Sahur ; Nilai-Nilai Budaya dalam Sastra Mandar – Fakultas Sastra Unhas Ujung Pandang 1975.

Drs. Suradi Yasil dkk ; Kalindaqdaq dan Beberapa temanya – Balai Penelitian Bahasa, Ujung Pandang 1982

Drs. Suradi Yasil dkk ; Inventarisasi Transliterasi Penerjemahan Lontar Mandar – Proyek IDKD Sulsel 1985.

A.M.Mandra ; Caeyana Mandar – Yayasan Saq-Adawang Sendana 1987

A.M.Mandra ; Buraq Sendana (kumpulan Puisi Mandar) – Yayasan Saq-Adawang Sendana 1985.

A.M.Mandra ; Beberapa Kajian Tentang Budaya Mandar Plus jilid I,II dan III – Yayasan Saq-Adawang, 2000.

Abd.Razak, DP ; Sejarah Bone – Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Ujung Pandang 1989.

Sumber Data

  1. Sumber tertulis ;
  2. Lontar Balanipa Mandar
  3. Lontar Sendana Mandar
  4. Lontar Pattappingang Mandar
  5. Lembar Perjanjian kuno
  6. Naskah-naskah Seminar Budaya Mandar

Sumber Wawancara

  1. H. Abdul Malik Pattana Iyendeng – Sesepuh, Sejarawan dan Budayawan Mandar
  2. Abd. Azis Puaqna Itima – Sejarawan, Budayawan Mandar
  3. Puaq Tanniagi – Sejarawan Budayawan Mandar
  4. Paloloang Puanna Isinung – Budayawan Mandar
  5. Puaq Rama Kanne Cabang – Budayawan Mandar
  6. Daeng Matona – Hadat Pamoseang
  7. Jabirung – Soqbeqna Indona Ralleanaq

Editor

  1. Adi Ahsan, S.S.M.Si.
  2. Opy. MR.
Lebih baru Lebih lama