Mengenal Suku Kajang Pelestari Adat Sulawesi


Wisata budaya tradisional suku Kajang Ammatoa, merupakan salah satu wisata Sulawesi Selatan. Penduduk daerah ini terkenal dengan ciri khas pakaiannya yang serba hitam tanpa sepatu. Tempat ini juga populer dengan sisi mistik atau ilmu sihir yang dapat membunuh seseorang. Penasaran ingin tahu seperti apa Suku Kajang itu? Simak ulasannya berikut ini.

Suku Kajang terletak di daerah atau tepatnya di Desa Ammatoa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Butta Panrita Lopi. Jarak tempuh dari ibu kota provinsi tepatnya Kota Makassar ke Kabupaten Bulukumba sekitar 200 km dengan waktu tempuh kurang lebih 3-5 jam. Seorang teman traveler bisa menyewa kendaraan angkutan antar daerah di terminal Mallengkeri yang ada di kota Makassar.

Tidak semua warga Kabupaten Kajang tunduk pada adat istiadat. Secara geografis, Kajang terbagi menjadi dua, yaitu kajang bagian dalam atau "Tau Kajang" dan kajang bagian luar alias "Tau Lembang". Dari ruas Tau Lembang justru Suku Kajang yang memilih hidup lebih modern.

Pada waktu-waktu tertentu, Suku Kajang mengadakan hajatan yang bisa disaksikan wisatawan secara langsung. hampir setiap suku mempunyai hajatan atau kegiatan ritual tertentu salah satunya adalah ritual Andingingi yang berarti mendinginkan. Prosesnya ditandai dengan berjalan membawa air suci dan rangkaian bunga.

Ritual Andingingi menggunakan air suci dari 40 mata air yang kemudian ditempatkan dalam pamuneang nyereh. Posisinya berada di tengah tempat ritual. Bersamaan dengan itu juga raung daung kajo patang puloh, yaitu 40 jenis daun hutan adat yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat.

Rumah adat suku Kajang ini berbentuk panggung, tidak berbeda dengan rumah suku Bugis Makassar. Perbedaannya adalah setiap rumah dibangun menghadap ke barat. Membangun rumah melawan terbitnya matahari dipercaya membawa berkah.

Warna Hitam Menurut Kepercayaan Suku Kajang


Suku Kajang percaya bahwa hitam adalah warna tradisional yang sarat dengan kesakralan. Saat kita memasuki atau menginjak kawasan Ammatoa atau kajang dalam, pakaian wajib berwarna hitam. Warna hitam bagi masyarakat Ammatoa memiliki arti sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk kesederhanaan.

Tidak ada hitam yang lebih baik dari yang lain. Semua hitam itu sama. Hitam menunjukkan kekuatan dan kesetaraan untuk semua orang di depan pencipta. Kesamaan dalam bentuk kelahiran merespon kondisi lingkungan khususnya kelestarian hutan yang harus dilestarikan sebagai sumber kehidupan.

Masyarakat suku Kajang berbicara bahasa Makasar dengan dialek Konjo. Teman traveler yang singgah di objek wisata di Bulukumba akan menemukan alas, alat musik tiup bambu yang menyerupai suling. Musik latar biasanya dibawakan setelah upacara pemakaman oleh warga.
Lebih baru Lebih lama