Pengalam Pertama ke Pulau Dewata Bali




Selalu ada kali pertama untuk apa pun, termasuk kunjungan ke Pulau Dewata. Pulau yang dipenuhi bule ini seakan tak ada habisnya untuk dijelajahi. Berikut ini adalah pengalaman pertama saya yang tak terlupakan di Bali. Kata orang Bali adalah salah satu daerah di luar kedaulatan NKRI karena banyaknya orang asing yang datang dan pergi, seolah-olah mereka adalah penduduk lokal. Januari lalu saya berkesempatan pergi liburan ke Bali. Ini pertama kalinya saya mengunjungi kawasan wisata yang konon sejuta keindahan alamnya dan menawarkan wisata belanja murah. Untuk berwisata ke Bali saya membeli tiket pesawat dari tahun sebelumnya, perlu diingat bahwa anda melakukan perjalanan secara ekonomis. Dan cuti selama 3 hari. Penerbangan saya tertunda dari yang diperkirakan. Yang semula dijadwalkan berangkat jam 05.55, berubah jam 0840 pagi. Cuaca kurang baik dengan hujan deras dalam perjalanan menuju bandara Soetta. Tapi Alhamdulillah, penerbangan saya belum terlambat. 

Cuaca saat terbang cukup bagus, dengan sedikit gangguan dan turbulensi. Saat mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali, sudah jam 12 siang dan matahari sudah bersinar terang. Saatnya kacamata hitam beraksi. Perut saya lumayan bikin pusing saat sampai di Bali. Saya segera pergi ke salah satu restoran cepat saji di sekitar aula kedatangan untuk menenangkan cacing di perut saya yang mulai bermasalah. Tujuan selanjutnya adalah mencari akomodasi, karena saya belum memesan hotel. Nah, untuk bisnis hotel ini saya mengandalkan reservasi online melalui salah satu website lokal terpopuler, dan saya langsung menemukan tempat yang sesuai dengan budget saya. Setelah mendapat konfirmasi dari pihak hotel, saya langsung meluncur ke tempat itu dengan menggunakan taksi. Ini bukan sembarang taksi, ini adalah taksi Bali! Setelah check in dan menyortir barang bawaan saya, saya langsung pindah ke pantai Kuta.

Ngomong-ngomong, jarak dari hotel ke pantai Kuta hanya 100 meter. Ini 2:00 siang. Kalau dipikir-pikir, pergi ke pantai saat itu memang aneh karena matahari begitu indah, tapi tidak apa-apa selama Anda berada di Bali. Selama kurang lebih 30 menit berjalan menyusuri pinggir pantai Kuta, saya memutuskan untuk kembali ke hotel dan berencana kembali ke pantai pada sore hari. Di sepanjang jalan Kuta saya melihat puluhan orang asing entah dari mana, lewat dengan sepeda motor. Apakah mereka tukang ojek? Atau apakah mereka spesialis dalam film laga? Ah, sepertinya tidak mungkin. Selidiki, selidiki, ternyata banyak persewaan motor yang menawarkan jasa persewaan dan bisa kita manfaatkan untuk berkeliling Bali. Karena kurangnya layanan transportasi umum, skuter adalah pilihan yang fantastis dengan harga super murah. Saya pun memutuskan untuk menyewa scooter dari hotel, karena besok saya berencana pergi ke kawasan Ubud.

Pantai Kuta dengan Keindahannya


Saya langsung menyewa motor selama tiga hari. Saat senja menyapa Anda, saatnya bergegas ke Pantai Kuta untuk menikmati semilir angin laut dan menunggu matahari menenggelamkan sinarnya. Ternyata banyak pengunjung yang duduk rapi di bibir pantai, dengan gawai mereka untuk mengabadikan sunset di Pantai Kuta, termasuk saya sendiri. Saya meluangkan waktu untuk mengambil beberapa foto. Malam tiba, saya melanjutkan petualangan saya. Saatnya mencari hidangan yang merangsang perut. Agak sulit mencari makanan halal di sini. Mereka menyarankan saya untuk makan nasi pedas yang terkenal. Karena pengetahuan saya yang terbatas tentang jalan-jalan di Bali, saya mengandalkan aplikasi peta di smartphone saya untuk menunjukkan alamat toko, syukurlah saya tidak tersesat. Hujan turun, perut saya kenyang, rasa kantuk menyerang, inilah kondisi paling ideal yang saya rasakan saat itu. Saya juga melakukan rainshower untuk sekumpulan kasur hotel yang menanti saya dengan mesra.

Hari kedua di Bali hujan belum berhenti tadi malam, rencana ke Ubud batal. Tapi tekad sudah dibuat, motor itu disewakan, hujan tidak menghalangi saya untuk berpetualang di Bali! Lalu aku bersiap-siap berangkat, sampai akhirnya hujan tidak reda dan akulah yang menyerah pergi lalu aku kembali tidur. Menunggu lama, hujan akhirnya berhenti. Hampir tengah hari, saya langsung pergi ke Ubud sebelum hujan turun lagi. Selama dua jam perjalanan, saya berhenti lima kali untuk mencari perlindungan. Sepertinya hujan membasahi saya dengan rajin. Sesampainya di Ubud, saya sempat berkeliling menikmati pemandangan, kemudian mampir di Monkey Forest, tentunya sembari menumpahkannya. Setelah lelah berjalan menyusuri hutan dan mengobrol dengan monyet, akhirnya saya kembali ke Kuta. Karena arah pulang melalui pasar sukawati, dan saya melihat banyak oleh-oleh khas bali, akhirnya saya mampir untuk menanyakan harga.
Lebih baru Lebih lama