Permainan ini sudah tidak asing lagi, mekipun diberbagai
daerah di kenal dengan nama yang berbeda beda. saat ini juga sudahmulai sulit
di temukan, baik di desa maupun di kota, tetapi saat permainan ini mulai di
kombinasikan dengan berbagai hal sehingga dapat berdampingan dengan dunia yang
di katakan modern ini. Yang akan di ulas kali ini permainan Jekka-Jekka yang
ada Sulawesi Barat khususnya didaerah tempat tinggal saya yaitu Polewali mandar
Permainan Jekka-Jekka cukup terkenal di daerah tempat
tinggalsaya. Permainan ini sering dilakukan oleh anak-anak usia 7 sampai 13
tahun(anak SD, SMP). Tetapi tidak jarang anak yang duduk di bangku TK pun sudah
bisa memainkannya dan orang dewasa pun ikut memainkan permainan Jekka-Jekka
ini. Cara memainkan permainan ini sebenarnya beragam, yang saya lakukan
hanyalah salahsatu dari banyak cara yang lainnya. Permainan Jekka-Jekka ini
dipandang sebagai permainan yang menyenangkan, menantang, dan tidak memakan
biaya yang mahal untuk membuat alat permainan tersebut.
Cara membuat jekka-jekka adalah sebagai berikut:
Mula-mula bambu dipotong menjadi dua bagian yang panjangnya
masing-masing sekitar 2½-3 meter. Setelah itu, dipotong lagi bambu yang lain
menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing sekitar 20cm untuk dijadikan
pijakan kaki. Selanjutnya, salahsatu ruas bambu yang berukuran panjang
dilubangi untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek. Setelah bambu untuk
pijakan kaki terpasang, maka bambu tersebut siap untuk digunakan.
Cara bermain jekka-jekka untuk adu kecepatan:
Apabila bermain Jekka-Jekka ini hanya bertujuan untuk
mengadu kecepatan, maka diawali dengan 3 anak atau lebih dari garis start. Jika
sudah ada aba-aba mulai maka para pemain akan berlari dengan menggunakan Jekka-Jekka
tersebut. Pemain yang lebih dulu sampai ke garis finish maka itulah yang di
jadikan sebagai pemenangnya.
Nilai budaya yang terkandung dalam permainan jekka-jekka:
Nilai budaya
yang terkandung dalam permainan Jekka-Jekka adalah kerja keras, keuletan, dan
sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang
berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses
pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan
ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan, nilai
sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang
saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang
dada.