"Allamungang Batu Di Luyo" merupakan sebuah situs
sejarah tentang sebuah perjanjian kuno yang terdapat di Kab. Polman Provinsi
Sulawesi Barat. Situs ini menjadi jejak dimana pernah terjadi sebuah perjanjian
dengan muatan pendeklarasian sebuah komitmen yang disebut komitmen
“Passemandarang” atau yang lebih populer disebut komitmen “Sipamandar”. Adapun
makna dari komitmen ini adalah sebagai penegas tali persaudaraan, saling bahu
membahu untuk menjaga satu sama lain, saling melindungi dan saling kuat
menguatkan tanpa syarat apapun.
Dalam perjanjian ini, diikuti oleh dua federasi/kelompok hadat/kerajaan
tertinggi yang masing-masing menaungi tujuh sub hadat/kerjaan. Kedua
federasi/kelompok hadat/kerajaan yang dimaksud adalah "Pitu Ulunna
Salu" Tujuh Hulu Sungai atau tujuh hadat/kerjaan di daerah pegunungan dan
"Pitu Baqbana Binanga" Tujuh Muara Sungai atau tujuh hadat/kerajaan
di daerah pesisir pantai. Sedangkan yang dimaksud dengan sub hadat/kerajaan
masing-masing dari federasi/kelompok dari “Pitu Ulunna Salu” adalah Tabulahan,
Rantebulahan, Mambi, Aralle, Bambang, Matangnga, Tabang yang diwakili oleh
"Londong Dehata". Dan federasi/kelompok “Pitu Baqbana Binanga” adalah
Balanipa, Sendana, Banggae, Pamboang, Mamuju, Tappalang, dan Binuang yang
diwakili oleh "Tomepayung".
Dari pertemuan kedua federasi/kelompok hadat/kerjaan ini,
oleh karena melakukan permufakatan yang melahirkan sebuah perjanjian sehingga
pertemuan ini bisa disebut sebagai Konfederasi. Inilah sebuah ritual kuno
dimana konsep pembangunnya merupakan gagasan cerdas nan modern.
Berikut ini adalah isi perjanjian "Allamungan Batu Di
Luyo" :
Tallemi mannurunna pineneang
(Jelaslah garis keturunan)
Upasambulo-bulo ana appona di Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana
Binanga
(Aku satukan anak cucu di Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana
Binanga)
Nasa’bi Dewata diaya, Dewata diong, Dewata di kanang, Dewata
di kaeri
(Disaksikan penguasa di langit, penguasa di bumi, penguasa
di utara, penguasa di selatan)
Dewata di olo, Dewata di woe, menjarimi passemandarang
(Penguasa di timur, penguasa di barat, jadilah Mandar
bersatu)
Tandisappa tandiatonang, maallonang mesa
(Tak berjarak tak berbatas, sebantal bersama)
Mallate samballa, siluangang sambu-sambu, sirondong
langi-langi
(Dalam selembar tikar, saling memakaikan kain, menggelar
tudung bersama)
Tassipande pio’dong, tassiparundu pelango
(Bersaji nasi lunak, tanpa minuman pahit)
Tassipelei di panra, tassipelei di apiangang
(Susah senang dipikul bersama)
Sipatuppu di ada, sipalete di rapang
(Menjunjung tinggi adat, memegang teguh petitih)
Ara tuo di Pitu Ulunna Salu, ara mate di muane arana Pitu
Babana Binanga
(Prinsip hidup (bersama) di Pitu Ulunna Salu, prinsip mati
mulia di Pitu Babana Binanga)
Sapu tangang di Pitu Ulunna Salu simbolong di Pitu Babana
Binanga
(Pitu Ulunna Salu mengikat kepala, Pitu Babana Binanga
menyanggul rambut (nya)
Pitu Ulunna Salu memmata di sawa, Pitu Baba Binanga memmata
di mangiwang
(Bagai piton menjaga sarangnya itulah Pitu Ulunna Salu,
bagai hiu yang mengintai lautnya itulah Pitu Babana Binanga)
Sisarapai mata malotong anna mata mapute
(Bagai biji mata, hitam dan putihnya yang tak akan berpisah)
Anna sisara Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana Binanga
(Seperti itulah Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana Binanga)
Mua diang tomangipi mangirang, mambbattangang tomu-tommuane
(Jika seorang (perempuan) telah bermimpi mengandung bayi
lelaki)
Namappasisara Pitu Ulunna Salu Pitu Babana Binanga
(Kelak akan menggoyahkan Pitu Ulunna Salu, Pitu Babana
Binanga)
Sirumungngi’i anna musessei, pasungi anana
(Berkumpullah, belah perutnya, keluarkan janinnya)
Anna muanusangi sau di uwai tammembali
(Hanyutkan ke derasnya air yang tak akan kembali)