Pada umumnya saat ini masyarakat Indonesia banyak menggunakan minyak goreng dalam proses memasak. Dulu, sebenarnya proses memasak makanan dulu dilakukan dengan cara tradisional, tanpa minyak.
Ditambah dengan keragaman budaya dan adat istiadat yang ada, cara memasak tradisional yang dimiliki sejumlah masyarakat di berbagai daerah juga cukup beragam.
Secara garis besar, tradisi atau cara memasak tanpa minyak ini dilakukan dengan bergantung dan mengandalkan keistimewaan alam.
Cara Masak Tradisional ala Indonesia Tanpa Menggunakan Minyak
Lantas apa saja cara memasak tradisional yang dilakukan tanpa minyak, dan masih bertahan hingga saat ini? Berikut 3 diantaranya:
Bambu Rimo di Maluku
Foto: Kompasiana |
Di daerah Jailolo, Maluku Utara, masih ada tradisi memasak tradisional tanpa minyak dengan mengandalkan bambu yang dibakar, dan disebut Rimo.
Sebenarnya memasak dengan menggunakan bambu sebagai media atau wadah untuk bakar sendiri sebenarnya sudah umum ditemui di daerah lain. Namun Rimo dari Maluku memiliki ciri khas tersendiri dengan tidak menggunakan air sama sekali seperti yang sering dilakukan di daerah lain.
Selain itu, jenis bambu yang digunakan sebaiknya tidak terlalu tua atau terlalu muda. Berbicara lebih detail mengenai caranya, bambu yang digunakan akan dipotong terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil. Kemudian, semua bahan masakan dan bumbu dimasukkan ke dalam lubang bambu.
Jenis bahan yang biasa digunakan umumnya terdiri dari ikan, daging, pisang, umbi-umbian dan sayuran. Bumbunya sendiri terdiri dari lada, pala, cabai dan bawang yang biasanya diambil langsung dari kebun.
Setelah semua bahan dimasukkan ke dalam bambu, bagian atasnya ditutup dengan serai dan daun pisang, lalu dibakar. Jika sudah matang, bambu tersebut kemudian dibelah menjadi dua bagian dan fungsinya langsung digunakan sebagai wadah atau piring sekaligus.
Barapen dari tanah Papua
Foto: Good News from Indonesia |
Cara unik lainnya untuk mematangkan makanan pokok tanpa menggunakan minyak berasal dari tanah Papua, melalui tradisi Barapen. Barapen berarti membakar batu, dan dalam arti luas adat ini juga biasa dikenal dengan tradisi membakar batu.
Biasanya batu yang digunakan adalah batu kali yang tersusun rapi. Awalnya, masyarakat pedalaman Papua akan membuat lubang di tanah yang berfungsi sebagai wadah proses memasak. Kemudian, batu kali yang dimaksud akan ditutup dengan daun setelah ditata dengan rapi.
Baru di atasnya, akan ditata berbagai jenis bahan makanan seperti ubi, pisang, talas, dan daging. Setelah itu sebagian makanan ditutup dengan daun, dan ditimpa lagi dengan sisa batu. Susunan batu tersebut kemudian dibakar, dan panas yang tercipta secara alami akan mematangkan berbagai makanan di dalamnya.
Difermentasi oleh Naniura dan Pecco
Foto: Indonesia.go.id |
Alih-alih membakar batu atau bambu, cara memasak selanjutnya tak kalah unik karena mengandalkan proses yang disebut ‘memasak tanpa memasak’.
Apa artinya?
Pertama lihat kebiasaan di Jepang, banyak orang yang menyantap hidangan ikan mentah atau biasa disebut sashimi. Ternyata di Indonesia cara ini sudah ada sejak lama secara tradisional dengan sedikit perbedaan.
Padahal yang dimaksud mentah mentah sebenarnya kurang tepat, karena pengolahan bahan berupa ikan sebenarnya sudah matang karena proses fermentasi, atau terjadi secara kimiawi.
Setidaknya ada dua masakan yang dibuat dengan cara ini, yaitu Pecco dari Sulawei Selatan, dan Naniura dari daerah Toba Samosir, Sumatera Utara. Berbagai jenis ikan diolah dengan cara dicampur dengan berbagai bumbu masakan seperti biasa setelah dicuci bersih.
Yang membuat ikan matang tapi teksturnya basah berasal dari campuran jeruk nipis dan cuka yang menyebabkan proses kimiawi berupa fermentasi. Dan yang perlu digarisbawahi, cara ini jelas tidak mengandalkan minyak sama sekali.