Masjid Tua Salabose, Jejak Awal Penyebaran Islam di Tanah Mandar

Masjid tertua Salabose di Majene, Sulawesi Barat, masih berdiri kokoh. Masjid, yang dibangun ratusan tahun yang lalu oleh sosok penyebar Islam pertama di Majene Syeh Abdul Manna bersama para pengikutnya, menelusuri sejarah peradaban Islam di tanah Mandar. Bukannya masjid ini dipertahankan utuh sebagai benda kuno. Masjid yang berdiri di puncak bukit Salabose juga memiliki benda-benda kuno lainnya yaitu Al-Qur'an tertua yang ditulis tangan dengan tinta dari pohon kayu. dan makam Syeh Abdul Mannan yang masih dilindungi oleh penduduk dan pemerintah.

Foto: Tampak dari Depan Mesjid Syech Abdul Mannan setelah renovasi (http://mandarnews.com/)
Menurut catatan sejarah, Masjid Salabose dibangun pada abad ke-16 oleh Sheikh Abdul Mannan, tokoh penyebar agama Islam pertama di Sulawesi Barat dengan pengikutnya. Masjid yang dibangun di atas Salabose adalah masjid pertama di Majene dan Sulawesi Barat. Di tempat ini, dikatakan bahwa Syeh Abdul Mannan mulai menyebarkan Islam kepada orang-orang Majene dan Sulawsi Barat yang dikalahkan masih hidup dengan kepercayaan animisme.

Jendela Mesjid Syech Abdul Mannan
Meskipun beberapa bagian masjid telah direnovasi karena sudah lapuk dimakan usia, sejumlah ornamen penting lainnya seperti kubah dan dinding batu dikatakan terbuat dari telur, hingga kini terlihat masih kokoh dan utuh. Tembok Kuba, misalnya, masih dipelihara oleh masyarakat setempat. Masjid itu sendiri diklasifikasikan sebagai salah satu masjid kuno yang masih dijaga oleh pemerintah.

Meskipun penyebaran Islam selama era Syeh Abdul Manna, yang diberi gelar Tosalamaq di Salabose, hanya berlangsung selama beberapa dekade, jumlah pengikut Islam di Majene dan Sulawesi Barat saat ini mencapai 80 persen. Di Majene sendiri 83 persen populasi adalah Muslim.

Jejak sejarah yang masih dapat ditemukan tentang Syekh Abdul Manan, selain Al-Qur'an tertua yang ditulis tangan dengan tinta poho pada abad ke-16 Masehi, tidak jauh dari masjid Salabose ada makam syekh Abdul Manna di Salabose, Pangali -Ali Village, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, yang merupakan tempat peristirahatan terakhirnya

Masjid ini masih digunakan oleh masyarakat untuk melakukan ibadah, tetapi telah mengalami beberapa perbaikan konstruksi. Berdasarkan pengamatan bahwa pembangunan awal masjid dibangun di atas konstruksi kayu di semua bagian bangunan. Pilar-pilar pendukung masjid masih asli, ada tiang-tiang kayu yang berdiri tegak di tengah-tengah bangunan masjid. Menurut beberapa anggota masyarakat bahwa bangunan masjid telah mengalami beberapa tahap konstruksi. Bangunan utama masjid telah dipulihkan oleh swadaya masyarakat setempat, dan melanjutkan pembangunan bagian serambi melalui anggaran anggaran Propinsi Sulbar

Foto: Tampak dari dalam Tempat mimbar dan Imam Mesjid Syech Abdul Mannan (http://mandarnews.com/)

Meski bangunan masjid terlihat modern, namun masih ada ciri-ciri jaman dahulu yang dimiliki seperti pada atap masjid. Atap masjid telah diganti pada masa pemerintahan Bupati H. Alim Bachri, yang dimaksudkan untuk kembali ke bentuk atap seperti pada awalnya, sehingga tampaknya memiliki elemen asli termasuk tumpang tindih dan atap kumis. Ciri atap kuno yang tumpang tindih dengan model bangunan ibadah kuno di Indonesia, terdiri atas balok kayu dan seng. Atap tumpang tindih tiga tingkat semakin kecil dan lebih kecil, yaitu dalam bentuk piramida dan di atas atap ada mustaka yang terbuat dari kayu dengan ketinggian sekitar 100 cm. Bagian-bagian dari Masjid Salobose adalah sebagai berikut:
  1. Mihrab menyebut iman terletak di sebelah barat bangunan, bentuknya menonjol. Fungsinya adalah tempat imam dan khatib memimpin shalat berjamaah di masjid
  2. Ruang besar yang mendominasi seluruh bangunan, ruang untuk semua orang yang mengikuti sholat atau disebut makmum.
  3. Serambi terletak di depan bangunan masjid. Ibadah digunakan ketika di sebuah ruangan di dalam masjid penuh.
  4. Ruang wudhu terletak di sebelah kanan depan masjid biasanya atau kolam wudhu. Fungsi tempat pembersihan diperlukan sebelum berdoa atau membaca Alquran

Di gedung mihrab juga ada bangunan berbentuk kubah yang terbuat dari semen. Bangunan itu rupanya menunjukkan pengaruh bangunan-bangunan Persia India di tempat-tempat ibadah Islam tetapi bentuknya masih umum ditemukan di bangunan-bangunan ibadah saat ini. Tetapi kubah bukanlah bentuk baru untuk seni bangunan Indonesia, karena sebelumnya telah ada bentuk seperti itu, biasanya ditemukan dalam seni bangunan candi Hindu. Seni bangunan semacam itu juga dapat ditemukan di relief Candi Jago Malang. Dengan demikian bentuk dan kubah masjid kuno yang tumpang tindih seperti itu adalah seni Hindu atau bentuk payung pada stupa Buddha.

Masjid kuno Salabose dibangun sekitar abad ketujuh belas ketika Salobose dipimpin oleh Maraqdia Poralle. Selama masa pemerintahannya, Sheikh Abd. Mannan (Tn. Salobose) sebagai kelanjutan dari penyebaran Islam, setelah Abd. Rahim Kamaluddin, penyebar agama Islam pertama tidak punya waktu untuk memasuki wilayah Salobose. Keberadaan Syekh. Abd. Sampai sekarang, asal mula Mannan tidak diketahui, ia diyakini sebagai padagang dan pembawa Islam. Keberhasilannya yang bisa diketahui adalah selalu menyiarkan Islam di wilayah Salabose dan sekitarnya.
أحدث أقدم