Sayyang pattuddu merupakan kesenian akrobatik yang berasal
dari Sulawesi Barat, kesenian ini melibatkan tarian kuda dengan penunggangnya. Kadang
kala penunggangnya baik seorang wanita maupun seorang pria muda.
Kegiatan ini kadang kala dilaksanakan apabila memasuki hari
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Setiap
kontingen diiringi tarian dan musik rebana di sepanjang jalan yang dilalui.
Kemahiran kuda dalam menari disertai iringan musik rebana yang kompak menjadi
inti penilaian festival ini. salain itu Sayyang Pattuddu, yang mewarnai puncak
acara prosesi adat khatam Al Quran bagi anak-anak suku Mandar, digelar sekali
setahun setiap bulan Maulid. Pada acara ini, kuda berhias yang menari,
pissarung, pissawe, to tamma`, dan pakkaling dadda` menjadi bagian penting
dalam acara ini.
kesenian mandar yang merupakan unsur kebudayaan yang biasa
diselengarakan dalam kegiatan perkawinan (mappakaweng) atau khataman al-Qur’an
(mappatammaq). Kesenian itu antara lain Tari pattuqduq, Pakkacaping
(menggunakan kecapi), Parrawana (menggunakan rebana/tambur), Orkes Toriolo
(kelompok kesenian atau band), Passayang-sayang (sastra lisan/berbalas syair),
Kalindaqdaq (syair lisan/tertulis berisi petuah), dan Saeyang pattuqduq (kuda
menari mengikuti irama).
Kesenian yang paling dinantikan adalah saeyang pattuqduq.
Saeyang pattuqduq oleh masyarakat Mandar diselenggarakan dalam rangkaian
kegiatan khataman Al-Qur’an (mappatammaq), khitanan (massunnaq), maulid Nabi
(mamunuq), perkawinan (tokaweng), atau memeriahkan acara sukuran.
Saeyang pattuqduq ditunggangi oleh gadis-gadis cantik dan
diiringi dengan irama tabuhan rebana sambil berkeliling kampung. Sementara itu,
sekelompok orang saling berbalas pantun dalam bahasa Mandar di depan kuda
menari tersebut.Diharapkan tradisi khas mandar ini bisa menjadi salah satu aset
wisata budaya.