Perahu Sandeq, Warisan yang Mendunia

Sederetan sandeq putih ramping bergerak di tengah perairan Majene, Sulawesi Barat. Layar putih cembung digerakkan oleh angin. Tepi layar diikat ke tiang tinggi. Hanya satu layar untuk satu sandeq.
Sandeq berlaga di Sandeq Race tahunan. Ada spidol di tiga titik yang harus melewati Sandeq sebelum kembali ke pantai. Pada tiga titik inilah yang membentuk segitiga yang dinilai. Keahlian berlayar perahu, kekuatan fisik, dan ketelitian dalam membaca arah angin diuji di sini.

Perahu sandeq dalam acara Sandeq Race yang diadakan setiap tahunnya di Sulbar
Di setiap titik mereka berbalik, seketika itu riuh. Teriakan setir memberi perintah kepada tiga passandeq lainnya (peserta), di mana layar harus diarahkan, ketika layar harus diputar, siapa pun yang harus segera lari ke palato (cadik), yang tetap di tengah , dan kapan dayung harus digunakan.

Jika angin sedang, Sandeq diisi dengan dua orang, yaitu penjudi dan pengembang layar, sementara dua lainnya berdiri di atas palato sebagai layar penyeimbang. Tetapi jika angin begitu kencang, Sandeq hanya bisa memuat satu orang, sang penjudi.

Proses pembuatan Perahu Sandeq
Semua dilakukan dengan cepat di tengah laut tanpa tali pengaman, tanpa pelampung. Tiga lelaki berdiri berjajar selebar bambu betung! Tidak ada yang mereka takuti seolah-olah laut itu sama bersahabatnya dengan daratan.

Kapal Ramping, Juara Marathon Laut

Sandeq adalah perahu khas Suku Mandar, berbentuk ramping mungil sepanjang 7 meter dan lebar 1 meter. Berbanding terbalik dengan perahu adalah layar. Ketinggian tiang sandeq bisa mencapai 20 meter dengan bentangan layar hingga 5 meter.

Mereka yang tidak terbiasa melihat Sandeq pasti berpikir bahwa layar lebar bisa membuat Sandeq jatuh kapan saja, terutama jika angin tiba-tiba berubah arah. Wow! Tunggu sebentar, bukan pelaut Mandar jika dia tidak menguasai teknik pembauatan sandeq.

Kehebatan para pelaut Mandar sejak 1995 menjadi tontonan menarik yang dikemas dalam Ras Sandeq. Sandeq Race, yang dihidupkan oleh Horst H. Liebner, seorang antropolog maritim Jerman. Rute awal pelayaran adalah Mamuju - Makassar sejauh 480 km. Pada tahun 2004 Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dibentuk, termasuk Mamuju dan Majene. Jadi yang dulunya adalah seluruh wilayah pengiriman adalah Sulawesi Selatan, administrasi berubah menjadi Sulbar ke Sulawesi Selatan.

Tidak semuanya mulus. Ada Sandeq yang hanya berlayar sebentar untuk lomba segitiga, memutuskan untuk kembali ke pantai untuk menghemat energi untuk maraton keesokan harinya. Ada sandeq yang merapat ke pantai karena layar rusak di tengah jalan. Layar rusak tentu bukan apa-apa untuk Passandeq karena dapat segera diganti di darat dan berlayar lagi besok. Karena mereka, para pelaut Mandar yang tidak pernah mundur dalam perjalanan
أحدث أقدم